Dracin Populer: Cinta Yang Tak Lagi Punya Nama



Cinta yang Tak Lagi Punya Nama

Embun pagi merayap di kelopak bunga plum, sama dinginnya dengan tatapan Li Wei. Ia berdiri di tepi danau, bayangannya memantul samar di permukaan air yang tenang. Danau itu menjadi saksi bisu, menyimpan rahasia yang ia genggam erat dalam dadanya. Rahasia tentang identitas palsu, tentang masa lalu yang ia kubur dalam-dalam, dan tentang pria yang kini berdiri di belakangnya – Zhang Yi.

Zhang Yi, dengan senyum sehangat mentari, adalah kebohongan terindahnya. Ia mencintai pria itu, mencintai sentuhannya, tawanya, dan mimpi-mimpinya. Namun, cinta itu dibangun di atas pasir, rapuh dan terancam runtuh kapan saja. Karena Li Wei bukanlah Li Wei yang sebenarnya. Ia adalah Li Xue, putri dari keluarga yang telah dihancurkan oleh keluarga Zhang.

"Wei'er, apa yang kau pikirkan?" suara Zhang Yi membuyarkan lamunannya.

Li Wei berbalik, memaksakan senyum. "Tidak ada, hanya menikmati keindahan pagi."

Namun, Zhang Yi bukanlah orang bodoh. Ia merasakan ada sesuatu yang disembunyikan oleh wanita yang dicintainya. Perasaannya semakin kuat ketika ia menemukan sepucuk surat tua di antara barang-barang Li Wei. Surat yang menyebutkan nama Li Xue dan pengkhianatan yang dilakukan ayahnya.

Perlahan, Zhang Yi mulai menggali kebenaran. Ia merasakan hatinya dicabik-cabik. Wanita yang dicintainya, wanita yang telah ia percayai sepenuhnya, ternyata adalah musuh yang menyamar. KEBENARAN itu terasa seperti ribuan pisau yang menusuk jantungnya.

Konflik batin merobek jiwa Zhang Yi. Antara cinta dan dendam, antara pengkhianatan dan pengampunan. Malam-malamnya dipenuhi mimpi buruk, bayangan masa lalu menghantuinya. Ia ingin berteriak, ingin marah, namun ia tidak bisa. Ia terperangkap dalam jaring kebohongan yang telah dirajut oleh Li Wei.

Akhirnya, malam itu tiba. Zhang Yi membawa Li Wei ke tempat yang sama di tepi danau. Bulan purnama bersinar terang, menyoroti wajah Li Wei yang pucat.

"Siapa kau sebenarnya?" tanya Zhang Yi, suaranya dingin dan datar.

Li Wei terdiam. Ia tahu, inilah akhirnya. Kebenaran akan terungkap, dan cintanya akan hancur berkeping-keping.

Dengan suara bergetar, Li Wei mengakui segalanya. Ia menceritakan tentang identitas aslinya, tentang dendam yang membara dalam hatinya, dan tentang betapa ia mencintai Zhang Yi, bahkan di tengah kebohongan yang ia ciptakan.

Zhang Yi mendengarkan dalam diam. Setelah selesai, ia tersenyum. Senyum yang dingin dan mematikan.

"Terima kasih atas kejujuranmu, Xue'er," ucap Zhang Yi, dengan menyebut nama aslinya untuk pertama kali.

Kemudian, ia mengeluarkan sebuah botol kecil dari balik jubahnya. Sebuah botol berisi racun mematikan.

"Ini adalah hukuman untuk pengkhianatanmu. Minumlah."

Li Wei tidak melawan. Ia menerima botol itu dan meminumnya. Ia menatap Zhang Yi dengan air mata berlinang.

"Aku mencintaimu," bisiknya sebelum jatuh ke tanah.

Zhang Yi berlutut di samping tubuh Li Wei. Ia membelai rambutnya dengan lembut, lalu mencium keningnya.

"Dan aku… mencintaimu lebih dari apapun. Tapi cinta kita… TAK MUNGKIN," bisiknya.

Ia berdiri dan menatap danau yang tenang. Balas dendamnya telah selesai. Namun, ia merasakan kehampaan yang lebih besar dari sebelumnya. Ia telah menghancurkan wanita yang dicintainya, dan ia telah menghancurkan dirinya sendiri.

Zhang Yi berbalik dan berjalan menjauh, meninggalkan Li Wei di tepi danau. Senyum perpisahan terukir di bibirnya, senyum yang menyimpan kesedihan abadi.

Keheningan malam hanya dipecahkan oleh suara angin dan riak air danau.

Apakah Zhang Yi akan pernah menemukan kedamaian setelah malam ini?

You Might Also Like: Interpretasi Mimpi Menyelamatkan Sapi

Post a Comment

Previous Post Next Post