Pelukan yang Menyimpan Kebenaran
Di bawah langit Shanghai yang menggantungkan kabut kelabu, seorang wanita bernama Meilin berdiri di tepi Sungai Huangpu. Angin berdesir memainkan helai rambutnya, membawa serta aroma bunga meihua yang sedang bermekaran. Ada sesuatu yang aneh dalam dirinya. Sebuah ingatan samar, bukan miliknya, tapi terasa begitu familiar.
Seratus tahun lalu, di tempat yang sama, seorang pria bernama Jiang Wei berlutut di hadapan kekasihnya, Lian, bersumpah untuk mencintainya selamanya. Sumpah itu patah, darah tertumpah, dan janji abadi berubah menjadi kutukan abadi. Lian mati dengan pengkhianatan di hatinya, jiwa yang terluka berjanji untuk kembali menagih keadilan.
Meilin, dalam reinkarnasinya, adalah seorang perancang busana muda yang berbakat. Ia tidak tahu menahu tentang Jiang Wei atau Lian, atau dendam yang mengintai di dalam jiwanya. Sampai suatu hari, ia bertemu dengan seorang pria bernama Zhang He.
Zhang He memiliki tatapan mata yang menusuk, sebuah senyum yang menyimpan kesedihan, dan suara… suara itu! Suara yang membuat Meilin merasakan deja vu yang aneh dan mendalam. Suara yang sama dengan bisikan yang menghantui mimpinya, bisikan yang menyebut namanya dengan penuh cinta dan penyesalan.
Pertemuan mereka tidak disengaja. Mereka bekerja di perusahaan yang sama, terhubung melalui proyek bersama. Semakin mereka dekat, semakin kuat pula ingatan-ingatan masa lalu itu menghantui Meilin. Ia melihat cuplikan kehidupan Lian: kebahagiaan di taman meihua, tawa di tepi sungai, dan akhirnya… kengerian saat dikhianati.
Zhang He, di sisi lain, merasakan hal yang sama. Bunga meihua tiba-tiba membuatnya sesak. Suara tertentu membuatnya merasa seperti ada beban di pundaknya. Ia merasa tertarik pada Meilin dengan kekuatan yang tak bisa dijelaskan. Ia seperti mengenalnya dari dulu.
Mereka berdua terjebak dalam jaring takdir yang rumit. Perlahan, misteri masa lalu mereka mulai terkuak. Mereka menemukan catatan harian Lian yang disembunyikan, surat-surat cinta yang tak terkirim, dan saksi mata yang masih hidup, walaupun sudah renta.
Kebenaran pahit terungkap: Jiang Wei telah dipaksa menikahi wanita lain demi kekuasaan. Ia telah mengkhianati cintanya pada Lian, dan Lian, dalam keputusasaannya, mengakhiri hidupnya.
Meilin, sebagai reinkarnasi Lian, memiliki kekuatan untuk membalas dendam. Ia bisa saja menghancurkan Zhang He, reinkarnasi Jiang Wei, dengan kebencian yang membara di hatinya. Tapi, sesuatu yang lain terjadi. Ia melihat penyesalan di mata Zhang He, penyesalan yang begitu dalam dan tulus. Ia melihat bahwa Zhang He telah membayar dosanya selama seratus tahun, membawa beban kesalahan di setiap kehidupannya.
Alih-alih kemarahan dan dendam, Meilin memilih keheningan dan pengampunan. Ia mendekat pada Zhang He, memeluknya erat-erat. Pelukan itu bukan hanya pelukan cinta, tapi pelukan yang menyimpan kebenaran—kebenaran tentang dosa, penyesalan, dan akhirnya, pembebasan.
Di pelukan itu, Meilin berbisik, "Ini… sudah berakhir."
Zhang He membalas pelukannya, air mata mengalir di pipinya. Ia merasa bebas, untuk pertama kalinya dalam seratus tahun.
Meilin melepaskan pelukannya, menatap Zhang He dengan tatapan yang dalam. Ia tersenyum tipis, lalu berbalik dan berjalan menjauh, meninggalkan Zhang He yang terpaku di tempatnya.
Di saat terakhir, sebelum benar-benar pergi, Meilin berbisik, hampir tidak terdengar, sebuah bisikan yang seperti berasal dari kehidupan sebelumnya: "… Jangan lupakan aku…"
You Might Also Like: 0895403292432 Jual Skincare Yang Cocok