Angin berbisik lirih di antara bunga plum yang mekar di tengah musim dingin. Bunga-bunga itu, seindah permata yang bertebaran di salju, mengingatkan Lan Yuerong pada dirinya sendiri: rapuh namun teguh, cantik namun tumbuh di tengah badai. Dulu, ia adalah Putri Kekaisaran Yulan yang dicintai, terbuai dalam janji cinta seorang pangeran dari Dinasti Zhao yang perkasa. Dulu, ia percaya pada cinta dan kesetiaan.
Namun, cinta adalah senjata bagi para penguasa. Janji itu palsu, kekuasaan lebih utama. Pernikahan dengan pangeran Zhao hanyalah siasat licik untuk menaklukkan Yulan. Yuerong menyaksikan sendiri kerajaannya runtuh, keluarganya dibantai, dan dirinya dipermalukan. Ia dipenjara, diperlakukan bak budak, dan hatinya hancur berkeping-keping. Ia kehilangan segalanya.
Bertahun-tahun berlalu. Luka menganga menjadi kerudung kekuatan. Yuerong, yang dulu polos dan lugu, kini berubah menjadi wanita dengan tatapan sedalam jurang dan senyum yang bisa membekukan darah. Ia mempelajari siasat, merangkai intrik, dan menajamkan pikirannya bagai pedang. Ia tidak melupakan.
Melalui serangkaian kejadian yang diatur dengan cermat, Yuerong berhasil melarikan diri dan menyusup ke dalam istana Dinasti Zhao sebagai dayang. Di sana, ia menjadi bayangan, mendengarkan bisikan-bisikan rahasia, menyaksikan kebobrokan kekuasaan dari dekat. Ia adalah bunga plum yang tumbuh di antara belati dan racun. Kelembutannya hanyalah topeng, kecantikannya hanyalah umpan.
Balas dendam Yuerong tidak didasari amarah yang membabi buta. Ia bergerak dengan tenang, bagai hantu yang menari di antara para pengkhianat. Ia memanipulasi aliansi, menabur benih perselisihan, dan membongkar kebohongan satu per satu. Ia tidak membunuh dengan tangannya sendiri, tapi ia menggerakkan bidak-bidak di papan catur kekaisaran hingga Dinasti Zhao runtuh dari dalam. Ia adalah dalang di balik layar, seorang PEMIMPIN sejati.
Pada akhirnya, pangeran Zhao, yang dulu menghancurkan hatinya, berlutut di hadapannya, memohon ampun. Yuerong menatapnya tanpa ampun. "Dulu, aku adalah bunga yang kau petik dan hancurkan," bisiknya pelan, "kini, aku adalah duri yang akan merobek jantungmu."
Yuerong membiarkan Dinasti Zhao hancur, menjadi abu yang tertiup angin. Ia tidak mendirikan kerajaannya sendiri, tidak merebut tahta. Ia hanya ingin keadilan.
Langkah terakhirnya adalah kembali ke reruntuhan Yulan. Di sana, di tengah puing-puing istana, ia duduk seorang diri, dikelilingi bunga plum yang mekar. Ia memejamkan mata dan tersenyum.
Kini, hanya ada keheningan—keheningan yang lebih megah dari sebuah kerajaan, dan lebih menakutkan dari perang manapun.
Kisah Lan Yuerong berakhir di sana, dengan sebuah pilihan yang tak terucap, dan sebuah kekuatan yang terlahir dari abunya sendiri: ia akan menjadi legenda, bukan penguasa—legenda tentang seorang wanita yang memilih untuk menulis ulang takdirnya, bukan memihak pada takdir orang lain, dan mahkota itu, adalah ketenangannya yang ABADI!
You Might Also Like: 14 Tips Face Wash Tanpa Fragrance Lokal