Absurd tapi Seru: Janji Yang Kuingat Sebagai Perintah



Hujan kota Jakarta, sama seperti dulu. Rintiknya membasahi kaca jendela apartemen, menari-nari seperti kenangan yang enggan pergi. Dulu, kita pernah berdiri di balkon ini, aroma kopi hangat mengepul di antara kita, saling bertukar janji di bawah payung bintang digital – layar ponsel yang menampilkan simulasi langit malam.

Kini, hanya ada sisa chat yang tak terkirim. Draft percakapan yang berisi segala rasa, dari rindu yang membakar hingga amarah yang dingin. Notifikasi darinya berhenti berdering setahun lalu, tepat setelah malam itu. Malam ketika ia mengucapkan janji terakhirnya. Sebuah janji yang kuingat, bukan sebagai harapan, melainkan sebagai PERINTAH.

Namanya, Arsen, masih berbayang di setiap sudut ingatanku. Senyumnya yang hangat, lesung pipitnya yang selalu membuatku gemas, bahkan nada dering ponselnya yang konyol – semuanya terukir abadi. Tapi ada satu hal yang tak pernah kumengerti: rahasia di balik kepergiannya.

Dulu, aku hanyalah Aileen, seorang programmer biasa yang terpikat pesona Arsen, seorang musisi jalanan dengan mimpi seluas cakrawala. Cinta kami tumbuh di antara kode program dan melodi gitar, di antara like dan comment yang tak terhitung jumlahnya. Dunia maya menjadi saksi bisu kisah kita.

Tapi dunia maya juga bisa menjadi arena penghancuran.

Aku menemukan sesuatu di ponselnya, beberapa minggu setelah kepergiannya. Sebuah folder tersembunyi berisi foto-foto dan pesan-pesan yang membuktikan kehidupan lain. Bukan kehidupan dengan wanita lain, bukan itu. Tapi sebuah kehidupan yang penuh intrik, kebohongan, dan bahaya. Arsen, seorang musisi jalanan, ternyata terjerat dalam jaringan kriminal siber. Janji terakhirnya, janji untuk melindungiku, ternyata adalah alasan mengapa ia harus menghilang.

Kehilangan itu seperti kopi yang terlalu pahit, meninggalkan residu yang tak bisa larut. Aku merasa hancur, dikhianati, dan sekaligus... terpukau. Arsen adalah misteri tergelap yang pernah kutemui, dan aku berniat mengungkapnya.

Setahun berlalu. Aku tidak membuang waktu. Aku menggunakan keahlianku, keahlian yang sama yang membuat Arsen jatuh cinta padaku, untuk melacak jejaknya. Aku menyelami dunia deep web, berinteraksi dengan hacker anonim, dan mengumpulkan serpihan-serpihan informasi.

Akhirnya, aku menemukannya. Bukan secara fisik, tentu saja. Aku menemukan bukti yang cukup untuk menjatuhkan jaringan kriminal yang menjeratnya. Aku menyerahkannya pada pihak berwajib, tanpa nama, tanpa jejak. Aku memastikan bahwa orang-orang yang bertanggung jawab atas kepergian Arsen akan membayar harga yang setimpal.

Inilah balas dendam lembutku.

Aku kembali ke balkon apartemen, menatap hujan kota Jakarta yang sama. Aku membayangkan Arsen berdiri di sampingku, tersenyum bangga. Aku membuka ponsel, membuka aplikasi chat yang berisi draft percakapan yang tak terkirim itu. Aku menghapus semuanya.

Kemudian, aku mengetik satu pesan terakhir:

"Janji itu kupenuhi. Kini, aku bebas."

Aku mengirim pesan itu ke nomor Arsen yang sudah tidak aktif. Aku tersenyum tipis, sebuah senyum yang penuh dengan kesedihan dan kebahagiaan. Aku meninggalkan apartemen itu, membawa bersamaku kenangan dan rahasia.

Aku pergi, meninggalkan semuanya.


... Dan rasa hampa itu, entah mengapa, terasa begitu memuaskan.

You Might Also Like: Jualan Skincare Jualan Kosmetik Di

Post a Comment

Previous Post Next Post